Kamis, 17 Desember 2009

Sihamenehonku

"Oooo Aek rangat nauli sadihari pe au ro
ro manornophon daging ki......."

Untaian kalimat diatas merupakan ungkapan hati yang selalu rindu akan kampung halaman. Sejauh manapun kita berjalan, setua apapun kita, dimanapun keberadaan kita saat ini, tempat kelahiran tidak akan terlupa. Aek rangat-Sipoholon "disi do pusokki" disanalah aku menghirup napas kehidupan untuk pertama kalinya. Takkan mungkin aku melupakannya.

Aek rangat...., menorehkan banyak kenangan, kadang molo hundul ahu punjung, kenangan akan huta dan masa sihaetehon terbayang didepan mata, seakan dekat.... sekali. Film dokumenter ingatan akan masa kecil, diputar kembali. Kadang tersenyum mengingat kondisi kita dimasa kecil, yang memakai celana yang "pellut" diikat pakai bayon,sebab celana kebesaran dan bekas abang. Juga ciri khas parhuta-huta yang 'kodol,mommonon',tanpa alas kaki.

Teringat lagi, akan masa masa sekolah, yang hanya membawa satu buku tulis, yang jika sudah habis ditulisi, akan kita hapus lagi dari halaman depan untuk kita tulis kembali, tanpa sepatu alias cakar ayam, tapi menghasilkan anak yang mempunyai ingatan yang kuat akan pelajarannya.

Jika sudah sore, tugas rutin "mangalean pinahan" makan. Dengan suara khas dan keras meneriakkan "Hujjeeeeeee....." sebab pinahan berkeliaran. yang membuat senyum semakin mengembang adalah saat aku ingat, ketika inong pulang dari kebon, yang pertama ditanya itu adalah "nunga mangan pinahan....?" oala....,pinahan do parjolo disungkun, dang jolma. Molo nisungkun taringot tusi, didokma, "pinahani do pasikkolahon ho". ahhhhahahaha "masa pinahan pasikkolahon jolma".

Bulan purnama, masa yang begitu menyenangkan. Hingga aku kelas 2 atau kelas 3 SD dikampung kami belum ada listrik, apalagima TV. Makanya saat bulan purnama, saat yang paling menyenangkan buat kami anak anak. Ada permainan "Andarguk", nyanyi bersahutan, "martul", perang-perangan pakai "lampak ni pisang", dan banyak lagi permainan yang tidak mengeluarkan biaya. Mana ada mainan kayak mainan zaman ini, walaupun ada dujual, darimana duit untuk beli itu, celana aja diikat pake bayon. Tapi kreativitas anak anak terpacu. banyak jenis mainan yang dapat dibuat,misalnya, gasing, motor-motor sian utte albung, leang-leang,ahh banyak lagi, naung lupa do au.

Molo ro tulang, inilah saat paling enak,... Pasti mangallang jagal manuk, molo dang i tanggo-tanggo manang dangket-dangket ni Ampera. sai pinahombar-hombar ma jonok tu tulang on, asa dilean di iba hepeng. Walaupun lima rupiah, tapi itu sudah banyak bisa beli gula-gula 5 biji. saat mau makan, terpaksa juga kita diajak makan, alana nunga sai jonok iba tu tulang.

Hari minggu, pintor hatop do iba maridi. Pakai pakaian yang paling bagus, marsikkola minggu.
Hanya saat minggu inilah kita punya duit. Kita dikasi duit 'saratus logam', kita masukkan ke kerangjang persembahan, tapi pulangnya kita dikasi kembalian duit kita. Karena persembahan kita diasumsikan hanya lima rupiah, jadi kembaliannya sembilan puluh lima rupiah. Didepan gereja sudah menunggu 'siak-siak', kacang kedele, goreng dan lain-lain.

Semua hal itu terbayang didepan mata, membuat senyum semakin mengembang, ah... tahe, dang haulahan be mulak poso, hutakki sai malungun do au tu ho.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar